Musi Rawas – Terletak di ujung Kecamatan Jayaloka, Desa Giriyoso yang membentang seluas 1.890,10 hektare dengan enam dusun, kini menjelma menjadi salah satu desa paling aktif dalam gerakan pertanian ramah lingkungan dan pengolahan produk turunan hasil bumi. Transformasi ini hadir berkat kehadiran program pemberdayaan yang dijalankan oleh PT Medco sejak 2018, yang mampu melahirkan efek berganda (multiplier effect) di tengah masyarakat.
Desa Giriyoso memiliki enam dusun Sukorejo, Sidomulyo, Giriyoso, Gunungsari, Sukodadi, dan Sukajaya yang masing-masing memiliki potensi pertanian. Potensi itu kemudian ditata secara terarah melalui empat Kelompok Wanita Tani (KWT): KWT Mekar Jaya, KWT Mekar Sari, KWT Sumber Sari, dan KWT Subur Makmur.
Para Aligator PT Medco di antaranya Ibu Eni, Bapak Yoyo, Bapak Yani, Bapak Hardi, Bapak Domo, dan Bapak Yanto tidak hanya datang memberi penyuluhan, tetapi membangun sistem pendampingan yang menyeluruh. Mereka memperkenalkan konsep pertanian organik, mulai dari pengolahan tanah, pembuatan pupuk kompos, pemupukan yang tepat, hingga teknik penanaman dan perawatan berbasis lingkungan.
Bagi anggota KWT Mekar Sari seperti Erna, pendampingan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi batu loncatan yang membuka pintu pengetahuan lebih luas.
“Kami belajar banyak, terutama tentang pengolahan serbuk minuman Japleng yang kini menjadi usaha tetap kelompok,” kenangnya. Rabu (12/11/2025).
Setelah masuknya program Medco, setiap rumah tangga mulai mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Hasilnya bukan hanya penghijauan pekarangan, tetapi juga penurunan pengeluaran rumah tangga karena kebutuhan sayur, bumbu dapur, dan tanaman obat (TOGA) dapat dipenuhi dari rumah sendiri.
Medco juga mendorong pemanfaatan limbah rumah tangga untuk pembuatan pupuk organik kering, memutus ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan sekaligus menekan biaya produksi.
Tidak berhenti di situ, pada 2019, Medco memberikan edukasi mengenai pemanfaatan tanaman sekitar sebagai herbal. Dari sinilah lahir berbagai produk olahan seperti serbuk Japleng, kunyit asam, serbuk kelor, hingga minyak VCO.
Efek berganda dari pendampingan mulai terasa di berbagai KWT:
KWT Mekar Jaya
* Mengembangkan produksi serbuk Japleng
* Mendapat bantuan rumah pembibitan
* Memiliki rumah maggot sebagai sumber pakan dan kompos organik
* Menjadi salah satu pusat inovasi olahan herbal di Giriyoso
KWT Mekar Sari
* Menghasilkan budidaya jamur tiram
* Produksi keripik singkong, crispy jamur, stik jamur, serta serbuk kelor
* Difasilitasi peralatan modern seperti mesin pemotong keripik
Produk-produk ini tidak hanya menambah pendapatan kelompok, tetapi juga membuka peluang kerja bagi perempuan desa. Tantangan pemasaran pun kini mulai teratasi dengan adanya dukungan Medco yang memasarkan produk KWT ke kantin perusahaan setiap dua minggu sekali.
Perubahan di Giriyoso bukan hanya soal produk atau pelatihan, tetapi terbentuknya rasa percaya diri baru bagi masyarakat, khususnya perempuan. Mereka kini tidak lagi sekadar pengelola rumah tangga, tetapi aktor utama dalam roda ekonomi desa.
Lebih jauh, konsep pertanian ramah lingkungan yang diterapkan Medco telah menumbuhkan ekosistem baru: masyarakat belajar mengolah lahan dengan benar, memahami pentingnya kompos, hingga memanfaatkan limbah menjadi bahan bernilai ekonomi.
Apa yang terjadi di Giriyoso adalah bukti bahwa sektor hulu migas tidak hanya memberi kontribusi pada industri energi, tetapi juga mampu menggerakkan ekonomi akar rumput. Melalui pendekatan pemberdayaan, Medco berhasil menciptakan rantai nilai baru:
edukasi, produksi, inovasi, pemasaran dan pendapatan.
Transformasi ini kini menjadi contoh nyata bagaimana multiplier effect hulu migas dapat mendorong kemandirian desa, membangun kapasitas masyarakat, dan menciptakan keberlanjutan ekonomi jangka panjang.





