Fenomena langka ini menjadi magnet bagi masyarakat sekitar, bahkan dari desa-desa tetangga, yang penasaran dan ikut meramaikan suasana. Dengan berbekal alat sederhana seperti serok, seser, hingga tangan kosong, warga antusias menangkap lobster yang terlihat lemas dan mudah dijangkau. Tak sedikit pula yang rela menceburkan diri ke dalam sungai demi mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Hasil yang di peroleh masyarakat udangnya lumayan besar-besar. Ada juga yang kecil, mungkin sisa dari yang sudah ditangkap orang lain.
Keramaian mendadak ini pun sempat mengundang perhatian para pengendara dan warga lain yang melintas di kawasan tersebut. Banyak yang menghentikan kendaraan mereka untuk menyaksikan atau bahkan ikut menangkap lobster.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Triwikaton, Deki Maylan, membenarkan kejadian ini meski dirinya tidak berada di lokasi saat kejadian berlangsung.
"Benar, menurut informasi dari warga memang ada kejadian itu. Tapi saya sendiri tidak ada di lokasi," ujar Deki saat dihubungi oleh awak media.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui pasti penyebab fenomena "mabuknya" udang-udang lobster tersebut. Dugaan sementara menyebutkan adanya perubahan kualitas air atau faktor lingkungan lain yang membuat lobster keluar dari habitat alaminya dan melemah di tepian sungai.
Kejadian ini menjadi topik hangat di kalangan warga dan media sosial lokal, dengan banyak yang menyebutnya sebagai “berkah dadakan” di tengah hari yang biasa saja. Namun di balik antusiasme, sejumlah pihak mengimbau agar warga tetap berhati-hati serta menjaga kelestarian lingkungan perairan.